Bank NTB Jebol Di Hacker Saat Kondisi Rupiah Melemah, Ajun, Siapa Yang Bertanggung Jawab Atas Kerugian Negara?
Foto, Ketua Bidang Pembangunan Daerah dan pedesaan HMI Badko Bali Nusra, Ajunnarfid, SE
ChanelNtbNews, Dompu, NTB – Di era perkembangan teknologi yang signifikan perlu perbankan mengupgrade teknologi yang berkembang pesat, namun dengan perkembangan itu ada pihak yang menyalahgunakan kemampuan untuk melakukan tindakan kriminal, termaksud maraknya serangan cyber security bank. Bank BSI, Bank BCA, Bank BNI, Bank BRI.
Di tahun 2025 ini terjadi pembobolan bank daerah, Bank DKI Jakarta dan Bank NTB. Akibat dari hal demikian kerugian Negara ratusan Miliar Rupiah bahkan bisa mencapai Terliunan Rupiah.
Kerugian materil berdampingan pada hilangnya kepercayaan nasabah lokal maupun para Investasi daerah maupun Nasional. karena kerugian finansial yang dialami oleh bank daerah dapat berdampak pada kemampuan bank untuk menyediakan kredit dan layanan keuangan lainnya.
Oleh karena itu, Ditengah melemahnya nilai tukar Rupiah, perang dagang secara global dengan kebijakan tarif 32 % serta kebijakan Nasional efisiansi anggaran.
Dengan adanya peretasan bank NTB dengan kerugian sekitar 150 M, makin memperburuk ekonomi masyarakat NTB, dampak signifikan peretasan keuangan bank NTB kedepannya akan berefek terhadap Harga Kebutuhan Pokok meningkat, ketidak stabilan ekonomi menyebabkan peningkatan angka kemiskinan.
Ketua Bidang Pembangunan Daerah dan pedesaan HMI Badko Bali Nusra, Ajunnarfid, SE” yang biasa disapa Arjhun mempertanyakan siapa yang akan bertanggungjawab atas kerugian Negara?
“Dengan kerugian daerah 150 M tersebut, siapakah yang bertanggungjawab ?” ucap Ajun dengan nada tanya pada awak media Via WhatsApp, Sabtu, 12/04/25
Menurut Ajun seharusnya pemerintah daerah bertanggungjawab sepenuhnya terhadap bank NTB,” harus benar – benar memperhatikan security software Bank.” pungkasnya
Dalam keseluruhan, dampak hacker bank daerah terhadap harga kebutuhan masyarakat dapat terjadi melalui gangguan sistem keuangan, kerugian finansial, peningkatan biaya, penurunan pajak, ketidakstabilan ekonomi, dan kehilangan kepercayaan masyarakat.
Lanjut Ajun menjelaskan untuk mencegah dampak tersebut, bank daerah perlu meningkatkan keamanan sistem dan data mereka, serta meningkatkan kesadaran dan edukasi nasabah tentang keamanan online.
Hal ini “agak memilukan” karena banyaknya serangan tidak dijadikan pelajaran oleh perbankan di Indonesia. Terutama Bank NTB Apalagi, saat Bank Indonesia mendorong digitalisasi semua layanan perbankan untuk mewujudkan masyarakat tanpa uang tunai atau cashless society.
“Kebayang nggak kalau misalkan nanti semua bank di Indonesia tiba-tiba crash mati total dan masyarakat nggak punya duit tunai?” ujarnya.
Dengan demikian saya berharap pemerintah perlu gerak cepat untuk memperkuat pertahanan negara maupun daerah, jika ekonomi masyarakat melemah maka pertahanan Negara akan ikut lemah.” Jika tidak Indonesia Emas 2045 hanya mimpi belaka. Tutup mantan ketua HMI Cabang Dompu
Penulis IW